BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas
dunia ini, karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan
bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat.
Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau
saling mengerti erat hubungannya dengan penggunaan sumber daya bahasa yang kita
miliki. Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain berbahasa/berbicara
apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang diakatakan. Untuk itu
keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya komunikasi berjalan lancar.
Maka daripada itu bangsa Indonesia pada tahun 1945
menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yang dituangkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945, dan sampai sekarang pemakaian bahasa Indonesia makin
meluas dan menyangkut berbagai bidang kehidupan.
Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan
pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu
mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan “bahasa Indonesia yang baik dan
benar” mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan
kebenaran. Bahasa yang diucapkan bahasa yang baku.
Pada
dasarnya bahasa Indonesia merupakan perkembangan dari bahasa Melayu yang
berevolusi sedemikian rupa dari masa ke masa hingga terbentuklah Bahasa
Indonesia Yang Baik Dan Benar. Sejarah mengatakan bahwa bahasa Indonesia
merupakan varian dari bahasa Melayu dan dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu
Riau dari abad ke-19. Dalam perkembangannya bahasa tersebut kemudian
mengalami perubahan akibat penggunaannya sebagai bahasa kerja di lingkungan
administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20.
Menurut
sumber yang saya baca, bahasa Indonesia (bersama dengan bahasa Melayu) adalah
bahasa yang paling banyak penuturnya di urutan ke-7 bagi masyarakat di dunia.
Bahasa Indonesia sendiri menduduki peringkat ke-3 di Asia dan peringkat ke-26
dunia sebagai tata bahasa terumit di dunia. Bahasa Indonesia juga mendunia
di dunia maya. Buktinya wikipedia berbahasa Indonesia telah menduduki peringkat
26 dari 250 wikipedia berbahasa asing di dunia dan peringkat 3 di Asia setelah
bahasa Jepang dan Mandarin. Selain itu bahasa Indonesia menjadi bahasa ke-3
yang paling banyak digunakan dalam postingan blog di wordpress. Bahasa
Indonesia juga dihargai oleh warga dunia sehingga menarik perhatian mereka
untuk lebih mengenal bahkan mempelajari bahasa Indonesia lebih lanjut. Selain
itu, ASEAN juga mengusulkan agar bahasa Indonesia dijadikan bahasa resmi
organisasi regional Asia Tenggara tersebut. Di Australia sendiri kurang lebih
500 sekolah sudah menjadikan bahasa Indonesia sebagai salah satu mata
pelajaran. Sungguh seharusnya menjadi kebanggaan bagi kita sebagai pemilik asli
bahasa tersebut.
B.
TUJUAN
Kita sebagai generasi muda, marilah kita pelihara bahasa
Indonesia ini, mengingat akan arti pentingya bahasa untuk mengarungi kehidupan
masa globalisasi, yang menuntut akan kecerdasan berbahasa, berbicara,
keterampilan menggunakan bahasa dan memegang teguh bahasa Indonesia, demi memajukan
bangsa ini, supaya bangsa kita tidak dipandang sebelah mata oleh bangsa lain.
Selain itu , sungguh kita seharusnya bangga memiliki bahasa Indonesia yang
dihargai oleh bangsa-bangsa lain. Sebab, generasi mudalah yang dapat memelihara
bahasa Indonesia agar tetap jaya selama bangsa kita masih ada untuk masa depan
yang cerah. Maka dari itu disini penulis akan mencoba menguraikan tentang
“Berbahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar”
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bagian I
1.
Tata
bunyi (fonologi)
Fonologi pada umumnya dibagi atas dua bagian yang meliputi :
-
Fonetik
Pengertian Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan
menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari
bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia
-
Fonemik
Adapun Fonemik itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari
bunyi-ujaran dalam fungsinya sebagai pembeda arti.
Kalau dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang
dapat dihasilkan oleh alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu
dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki
kemungkinan-kemungkinan, bunyi-bunyi yang dapat mempunyi fungsi untuk
membedakan arti.
2. Tata bahasa (kalimat)
Masalah definisi atau batasan
kalimat tidak perlu dipersoalkan karena sudah terlalu banyak definisi kalimat
yang telah dibicarakan oleh ahli bahasa. Yang lebih penting untuk diperhatikan
ialah apakah kalimat-kalimat yang klita hasilkan dapat memenuhi syarat sebagai
kalimat yang benar (gramatikal). Selain itu, apakah kita dapat mengenali
kalimat-kalimat gramatikal yang dihasilkan orang lain. Dengan kata lain, kita
dituntut untuk memiliki wawasan bahasa Indonesia dengan baik agar kita dapat
menghasilkan kalimat-kalimat yang gramatikal dalam komunikasi baik lisan maupun
tulis, dan kita dapat mengenali kalimat-kalimat yang dihasilkan orang lain
apakah gramatikal atau tidak.
Suatu pernyataan merupakan kalimat
jika di dalam pernyataan itu terdapat predikat dan subjek. Jika dituliskan,
kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda
seru, atau tanda tanya. Pernyataan tersebut adalah pengertian kalimat dilihat
dari segi kalengkapan gramatikal kalimat ataupun makna untuk kalimat yang dapat
mandiri, kalimat yang tidak terikat pada unsur lain dalam pemakaian bahasa.
Dalam kenyataan pemakaian bahasa sehari-hari terutama ragam lisan terdapat
tuturan yang hanya terdiri dari atas unsur subjek saja, predikat saja, objek
saja, atau keterangan saja.
3.
Kosa
kata
Dalam menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar, kita dituntut untuk memilih dan menggunakan kosa kata
bahasa yang benar. Kita harus bisa membedakan antara ragam bahasa baku dan
ragam bahasa tidak baku, baik tulis maupun lisan.
Ragam bahasa dipengaruhi oleh sikap
penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca
(jika dituliskan). Sikap itu antara lain resmi, akrab, dingin, dan santai.
Perbedaan-perbedaan itu tampak dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata
bahasa. Sering pula ragam ini disebut gaya. Pada dasarnya setiap penutur bahasa
mempunyai kemampuan memakai bermacam ragam bahasa itu. Namun, keterampilan
menggunakan bermacam ragam bahasa itu bukan merupakan warisan melainkan
diperoleh melalui proses belajar, baik melalui pelatihan maupun pengalaman.
Keterbatasan penguasaan ragam/gaya menimbulkan kesan bahwa penutur itu kurang
luas pergaulannya.
Jika terdapat jarak antara penutur
dengan kawan bicara (jika lisan) atau penulis dengan pembaca (jika ditulis),
akan digunakan ragam bahasa resmi atau apa yang dikenal bahasa baku. Makin
formal jarak penutur dan kawan bicara, akan makin resmi dan berarti makin
tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat
keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
4.
Ejaan
Dalam bahasa tulis kita menemukan
adanya bermacam-macam tanda yang digunakan untuk membedakan arti sekaligus
sebagai pelukisan atas bahasa lisan. Segala macam tanda tersebut untuk
menggambarkan perhentian antara , perhentian akhir, tekanan, tanda tanya dan
lain-lain. Tanda-tanda tersebut dinamakan tanda baca.
Ejaan suatu bahasa tidak saja
berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta
bagaimana menempatkan tanda-tanda baca dan sebagainya, tetapi juga meliputi
hal-hal seperti: bagaimana memotong-motong suku kata, bagaimana menggabungkan
kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata dengan kata.
Pemotongan itu harus berguna terutama bagaimana kita harus memisahkan
huruf-huruf itu pada akhir suatu baris, bila baris itu tidak memungkinkan kita
menuliskan seluruh kata di sana. Kecuali itu, penggunaan huruf kapital juga
merupakan unsur penting yang harus diperhatikan dalam penulisan dengan ejaan
yang tepat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang
bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu
(pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa disebut ejaan.
5.
Makna
Pemakaian bahasa yang benar
bertalian dengan ketepatan menggunakan kata yang sesuai dengan tuntutan makna.
Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak tepat digunakan kata-kata yang bermakna
konotatif (kata kiasan tidak tepat digunakan dalam ragam bahasa ilmu). Jadi,
pemakaian bahasa yang benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan
kaidah-kaidah bahasa.
Kriteria pemakaian bahasa yang baik
adalah ketepatan memilih ragam bahasa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi.
Pemilihan ini bertalian dengan topik apa yang dibicarakan, tujuan pembicaraan,
orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau orang yang akan membaca (kalau
tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, bahasa yang baik itu bernalar,
dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai
masyarakat kita.
B. Bagian II
1.
Bahasa
Teratur dan Berpikir Teratur
Seseorang akan dianggap berpikir
teratur jika dalam kesehariannya ia biasa berbahasa teratur. Hal itu tercermin
dari kemampuannya menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Beberapa pertanyaan berikut ini dapat
membantu kita menilai tertib tidaknya bahasa yang kita gunakan, misalnya, dalam
tulisan kita.
Apakah setiap kata yang kita gunakan
sudah benar-benar kita pahami maknanya? Apakah kata yang mubazir, yang tidak
perlu, tidak kita gunakan?
Apakah hubungan antarkata dalam kalimat dan antarkalimat dalam paragraf tidak menimbulkan tafsiran ganda (ambiguitas)? Apakah hubungan antarkata dalam kalimat dan antarkalimat dalam paragraf mengungkapkan hubungan antargagasan yang konsisten, yang tidak saling bertentangan? Apakah kata sudah kita tulis dengan tepat dan tanda baca kita gunakan dengan tepat pula? Jika kita jawab pertanyaan itu dengan ya, kita telah menggunakan bahasa secara tertib.
Apakah hubungan antarkata dalam kalimat dan antarkalimat dalam paragraf tidak menimbulkan tafsiran ganda (ambiguitas)? Apakah hubungan antarkata dalam kalimat dan antarkalimat dalam paragraf mengungkapkan hubungan antargagasan yang konsisten, yang tidak saling bertentangan? Apakah kata sudah kita tulis dengan tepat dan tanda baca kita gunakan dengan tepat pula? Jika kita jawab pertanyaan itu dengan ya, kita telah menggunakan bahasa secara tertib.
Berikut ini contoh paragraf yang
telah menggunakan bahasa secara lebih tertib.
Pandangan penduduk asli terhadap pendatang selalu bergantung kepada apa yang menjadi tujuan kedatangan pendatang dan bagaimana kemampuan serta perilaku pendatang itu. Bila pendatang itu datang dengan tujuan baik, orang yang pintar, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan penduduk asli, dan berkelakuan baik, maka masyarakat penduduk asli akan menghormati dan mau bekerja dengannya.
Pandangan penduduk asli terhadap pendatang selalu bergantung kepada apa yang menjadi tujuan kedatangan pendatang dan bagaimana kemampuan serta perilaku pendatang itu. Bila pendatang itu datang dengan tujuan baik, orang yang pintar, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan penduduk asli, dan berkelakuan baik, maka masyarakat penduduk asli akan menghormati dan mau bekerja dengannya.
2. Keracunan Berbahasa
Kesukaran itu antara lain disebabkan
oleh pemakaian susunan kalimat yang tidak teratur dan penyampaian pikiran atau
gagasan yang tidak teratur pula. Perhatikan kutipan berikut.
Di sekolah putra dan putri bangsa
dididik. Mereka agar memiliki pengetahuan dan keterampilan. Mereka agar berbudi
luhur. Mereka agar sehat jasmani dan rohaninya.
Kutipan itu menggunakan sebuah
kalimat yang dipenggal menjadi empat bagian kalimat. Bagian pertama merupakan
sebuah kalimat. Bagian kedua, ketiga, dan keempat masing-masing merupakan suku
kalimat, bukan merupakan sebuah kalimat.
3. Kesejajaran Dalam Kalimat
Ketertiban bahasa yang digunakan
seseorang, misalnya dalam suatu karangan terlihat dalam kepaduan susunan
kalimat yang digunakannya. Unsur-unsur kalimat yang digunakannya saling
berhubungan secara padu dan dapat mengungkapkan pikiran atau gagasan yang padu
pula. Kepaduan susunan kalimat dapat tercipta apabila kalimat disusun antara
lain berdasarkan asas kesejajaran bentuk bahasa.
Kesejajaran dalam kalimat berkaitan
dengan kesejajaran beberapa bentuk bahasa yang biasanya dihubungkan dengan kata
penghubung seperti dan, atau, bahwa, karena, dan yang dalam sebuah kalimat.
4. Kesalahan ejaan
Ejaan turut menentukan kebakuan dan
ketidakbakuan kalimat. Karena ejaannya benar, sebuah kalimat dapat menjadi baku
dan karena ejaannya salah, sebuah kalimat dapat menjadi tidak baku. Kesalahan
ejaan biasanya terjadi pada : penggunaan tanda koma yang salah, dan kesalahan
penulisan sapaan.
5. Kesalahan Struktur Kalimat
Bentuk-bentuk yang strukturnya sudah
benar merupakan kalimat baku, sedangkan bentuk-bentuk yang strukturnya masih
salah merupakan kalimat tidak baku.
C. BAGIAN III
1. Ragam Bahasa
Berdasarkan media yang digunakan
untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa dapat dibedakan atas ragam bahasa lisan
yaitu bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap (organ of speec)
dengan fonem sebagai unsur dasar, dan ragam bahasa tulis yaitu bahasa yang
dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.
Berdasarkan pokok persoalan yang dibicarakan, ragam bahasa dapat dibedakan atas
bidang-bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, misalnya, ragam bahasa ilmu,
ragam bahasa hukum, ragam bahasa niaga, dan ragam bahasa sastra.
Dilihat dari segi penuturnya, ragam
bahasa dapat dibedakan sebagai berikut:
a.
Ragam Daerah/ Dialek
Sebagaimana kita ketahui, bahasa Indonesia tersebar luas
keseluruh Nusantara. Luasnya wilayah pemakaian bahasa Indonesia itu menimbulkan
perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang dipakai di suatu daerah
berbeda dari bahasa Indonesia yang dipakai di daerah lain. Misalnya, bahasa
Indonesia yang dipakai oleh orang yang tinggal di Denpasar berbeda dari bahasa
Indonesia yang dipakai di Jakarta.
b.
Ragam Bahasa Terpelajar
Tingkat pendidikan penutur bahasa Indonesia juga mewarnai
pemakaian bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok
penutur yang berpendidikan tampak jelas perbedaannya dengan bahasa Indonesia
yang digunakan oleh kelompok penutur yang tidak berpendidikan, terutama dalam
pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya, pidio, pilem, komplek,
pajar, dan pitamin.
c.
Ragam Bahasa Resmi dan Ragam Bahasa tak Resmi
Ragam bahasa dipengaruhi pula oleh sikap penutur terhadap
kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika
dituliskan). Sikap itu antara lain resmi, akrab, dingin, dan santai. Demikian
juga sebaliknya, kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau
penulis mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa
seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya atau pimpinannya,
atau bahasa perintah atasan kepada bawahan.
2. Kesalahan
Diksi
Kesalahan diksi ini meliputi
kesalahan kalimat yang disebabkan oleh kesalahan pemakaian kata. Berikut
dikemukakan beberapa diksi yang belum dibicarakan pada bab sebelumnya.
a.
Pemakaian Kata Tidak Tepat
Ada beberapa kata yang digunakan secara tidak tepat. Kata
dari atau daripada sering digunakan secara tidak tepat, seperti yang terdapat
dalam contoh berikut.
Hasil daripada penjualan saham akan digunakan untuk memperluas
Bidang Usaha.
Kalimat diatas itu seharusnya tanpa kata daripada karena
kata daripada digunakan untuk membandingkan dua hal. Misalnya, tulisan itu
lebih baik daripada tulisan saya. Di dalam kalimat berikut juga terdapat
pemakaian kata secara tidak benar.
b. Pemakaian
Kata Berpasangan
Ada sejumlah kata yang pemakaiannya
berpasangan (disebut juga konjungsi korelatifa), seperti, baik … maupun …,
bukan … melainkan …, tidak … tetapi …, antara … dan …. Di dalam contoh-contoh
berikut dikemukakan pemakaian kata berpasangan secara tidak tepat.
Pemakaian kata berpasangan tidak
tepat
Baik pedagang ataupun konsumen masih
menunggu kepastian harga sehingga tidak terjadi transaksi jual beli.
Perbaikan
Baik pedagang maupun konsumen masih
menunggu kepastian harga sehingga tidak terjadi transaksi jual beli.
c. Pemakaian
Dua Kata
Didalam kenyataan terdapat pemakaian
dua kata yang makna dan fungsi kurang lebih sama. Kata-kata yang sering dipakai
secara serentak itu, bahkan pada posisi yang sama, antara lain ialah adalah
merupakan, agar supaya, demi untuk, seperti misalnya, atau daftar nama-nama.
Pemakaian dua kata yang tidak benar.
Peningkatan
mutu pemakaian bahasa Indonesia adalah merupakan kewajiban kita semua.
Perbaikan
Peningkatan
mutu pemakaian bahasa Indonesia adalah tugas kita bersama.
d. Kesalahan
Ejaan
Di dalam kenyataan pemakaian bahasa
masih banyak kesalahan bahasa yang disebabkan oleh kesalahan penerapan ejaan,
terutama tanda baca. Penyebabnya antara lain, ialah adanya perbedaan konsepsi
pengertian tanda baca di dalam ejaan sebelumnya dengan ejaan yang berlaku
sekarang. Di dalam ejaan sebelumnya tanda baca diartikan sebagai tanda
bagaimana seharusnya membaca tulisan. Misalnya, tanda koma merupakan tempat
perhentian ssebentar (jeda) dan tanda tanya menandakan inotasi naik. Hal
seperti itu sekarang tidak seluruhnya dapat dipertahankan. Misalnya, antara
subjek predikat terdapat jeda dalam membaca, tetapi tidak dipakai tanda koma
jika bukan yang mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.
Contoh:
Engkau sudah lulus?
Dia tidak ikut ujian?
Bandingkan dengan kalimat tanya yang
berikut.
Contoh:
Apakah engkau sudah lulus?
Siapa yang tidak ikut ujian?
Berikut
dikemukakan beberapa kesalahan bahasa yang disebabkan oleh kesalahan pemakaian
tanda baca, khususnya tanda baca koma.
1) Tanda Koma di antara Subjek dan
Predikat
Ada
kecenderungan penulis menggunakan tanda koma di antara subjek dan predikat
kalimat jika nomina subjek mempunyai keterangan yang panjang. Pemakaian tanda
koma itu tidak benar karena subjek tidak dipisahkan oleh tanda koma dari
predikat kecuali pasangan tanda koma yang mengapit keterangan tambahan atau
aposisi.
Contoh :
Mahasiswa yang akan mengikuti ujian
negara, diharap mendaftarkan diri di sekretariat.
Tanah bekas hak guna usaha yang
tidak memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut, akan ditetapkan kemudian
pengaturannya.
2) Tanda Koma di antara Keterangan dan
Subjek
Selain
subjek, keterangan kalimat yang panjang dan yang menempati posisi awal juga
sering dipisahkan oleh tanda koma dari subjek kalimat. Padahal, meskipun
panjang, keterangan itu bukan anak kalimat. Oleh karena itu pemakaian tanda
koma seperti itu juga tidak benar, seperti terlihat dalam contoh berikut.
(a) Dalam suatu pernyataan singkat di
kantornya, pengusaha itu membantah bekerjasama dengan penyelundup.
(b) Untuk keperluan belanja sehari-hari,
mereka masih bergantung pada orang tuanya.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian singkat di atas maka kita bisa menarik
kesimpulan/penulis mencoba memberikan kesimpulan berdasarkan data-data dan
fakta dilapangan menunjukkan masih banyak orang-orang tidak memahami pemakain
bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar.
Jadi dilhat dari fungsinya bahasa merupakan jantung dari kehidupan ini karena
tanpa bahasa kita tidak akan bisa berinteraksi sesama yang lain.
Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa
menjaga keaslian berbahasa Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya
suatu bangsa itu tidak lepas dari bagaimana kita menggunakan bahasa yang dapat
dipahami atau mudah dimengerti oleh bangsa lain. Mudah-mudahan urain singkat
diatas dapat memberi sumbang sih bagi pembaca, saran dan kritik yang sifatnya
membangun selalu penulis harapkan, demi kesempurnaan karya tulis ini yang
berjudul ”Berbahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar”. Dan atas dukungan dan
saran-sarannya, saya ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S., 1983: Inilah Bahasa Indonesia yang Benar, Gramedia, Jakarta.
Effendi, S. 1995: Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan
Benar, Pustaka Jaya, Jakarta.
Keraf, Gorys, 1991. Tata Bahasa
Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Atas. Flores: Nusa Indah.
Sabariyanto, Dirgo, 1999: Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam
Bahasa Indonesia, Mitra Gama Widya, Yogyakarta.
Sugono, Dendy, 1989: Berbahasa Indonesia Dengan Benar,
Priastu, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar